akarta - Mungkin berlebihan jika saya katakan bahwa Indonesia heboh karena Presiden SBY memilik akun Twitter baru, karena memanng ada banyak sekali orang Indonesia yang bahkan tidak tahu apa itu Twitter.
Bagi pengguna Twitter, mungkin setuju bahwa Indonesia memang heboh karena akun Twitter Pak SBY ini. Memang tidak jadi soal apakah kita tahu Twitter atau tidak. Paham atau tidak paham Twitter tidak akan membuat kita berhenti bergerak, tidak membuat kita berhenti bermanfaat.
Penting atau tidak, Pak Presiden kini punya akun Twitter. Mengapa Twitter dianggap penting oleh presiden? Dugaan saya adalah karena pengguna Twitter di Indonesia banyak sekali.
Sebuah artikel yang dilansir Forbes akhir tahun lalu menobatkan Jakarta sebagai kota dengan pengguna Twitter paling aktif di jagat raya.
Indonesia sebagai negara, menempati posisi kelima di seluruh dunia. Sederhananya, pengguna Twitter di Indonesia banyak sekali. Tidak berlebihan jika Presiden SBY menggunakan Twitter untuk berkomunikasi dengan rakyatnya.
Menariknya, akun Twitter Presiden SBY, @SBYudhoyono, termasuk akun Twitter paling 'dinanti' di Indonesia. Pengikutnya (follower) sudah lebih dari 100 ribu orang bahkan ketika beliau belum ngetweet sama sekali.
Situs Social Bakers (http://www.socialbakers.com/twitter/, 15 April 2013) bahkan menobatkan akun ini sebagai akun nomor dua paling drastis pertumbuhan pengikutnya di seluruh dunia.
Dalam waktu dua hari, akun ini sudah diikuti oleh lebih dari 798.400 pengguna Twitter, padahal jumlah tweetnya baru 34 dan hanya mengikuti (follow) 9 pengguna Twitter lain.
Pak Boediono, sang wakil presiden, adalah orang pertama yang difollow oleh SBY. Selain itu adalah anggota keluarga dan beberapa orang yang saya tidak kenal.
Orang bisa berdebat tidak berkesudahan soal Twitter presiden ini. Pasti ada banyak alasan bagi mereka yang mengatakan Twitter bukan alat komunikasi yang efektif bagi seluruh rakyat karena Twitter didominasi oleh generasi muda yang memiliki akses internet.
Pasti ada banyak alasan bagi mereka yang mengatakan bahwa Twitter tidak akan efektif karena presiden tidak mungkin bisa membalas semua pesan yang disampaikan pengguna Twitter lain.
Satu tweet presiden bisa diteruskan (RT) atau dibalas oleh puluhan ribu pengguna. Tweet pertamanya bahkan diteruskan oleh lebih dari 33.000 pengguna dan dijadikan favorit oleh hampir 5.000 pengguna dalam waktu dua hari.
Bagaimana mungkin Pak SBY membalas dan merespons itu? Untuk sekadar berterima kasih pun pasti tidak sempat kepada semua orang. Maka, berharap agar Pak SBY membalas atau menyapa satu-persatu rakyatnya lewat Twitter adalah harapan paling absurd.
Menuduh beliau tidak peduli pada rakyat hanya gara-gara tidak membalas mention lewat Twitter adalah bentuk kelucuan lainnya.
Apakah semua pengikut akun Twitter @SBYudhoyono itu pendukung presiden? Tentu saja tidak. Ratusan ribu orang itu adalah gabungan lovers dan haters. Risiko memasuki media sosial adalah kesiapan untuk dipuji dan terutama dicaci maki.
Menariknya, rakyat pengguna Twitter bebas memaki presidennya meskipun sering tanpa alasan jelas, tanpa data yang valid dan lebih sering tanpa solusi yang kongkrit.
Sementara itu, presiden tidak mungkin memaki rakyatnya lewat Twitter jika tidak ingin dijadikan bulan-bulanan. Memang lebih enak jadi rakyat dan jadi 'bukan siapa-siapa' ketika berada di media sosial karena bebas nilai.
Pertanyaannya, apakah Twitter presiden ini akan berdampak baik bagi Indonesia? Terlalu pagi untuk menduga-duga hal yang begitu serius dan mengaitkannya dengan Twitter.
Yang pasti, saya setuju pak presiden berbagi lewat Twitter. Namun saya tidak berharap akan tahu segalanya tentang hal-hal serius yang terjadi di Indonesia lewat akun Twitter ini karena saya juga ingin melihat sisi kemanusiaan pak presiden yang tidak selalu jaim dan bisa konyol sebagai manusia biasa.
Yang jelas, saya juga tidak berharap pak presiden mengimbangi ABG labil yang sedikit-sedikit curhat lewat Twitter lalu mendapat puluhan ribu balasan dengan hashtag #cemungudh #eaaa.
Twitter hanya satu media alternatif yang jika digunakan dengan baik akan menjangkau lebih banyak orang. Pemimpin yang tidak menggunakan Twitter tidak akan berkurang nilai dan perannya tetapi sangat mungkin akan kehilangan kesempatan untuk mendengar kicauan rakyat yang jujur meski kadang alay dan sedikit lebay.
sekarang terakhir saya lihat followersnya sudah mencapai 985.682
Selamat datang di kerajaan Twitter, Pak Presiden!
*) Penulis, I Made Andi Arsana merupakan dosen Teknik Geodesi dan Geomatika di Universitas Gadjah Mada (UGM). Saat ini, ia juga kandidat S3 di Universitas Wollongong, Australia.
sumber.. www.detik.com
No comments: